Ilustrasi: Asal-Usul Masuk Angin

Asal-Usul Masuk Angin: Ketika Budaya dan Kesehatan Bertemu

Meriang, nyeri sendi dan tidak enak badan? Bisa jadi kamu masuk angin. Ya, kita orang Indonesia punya sebutan khas untuk gejala-gejala yang secara medis biasanya disebut gejala flu ini.

Virus flu pada umumnya dianggap menjadi penyebab kita mengalami gejala-gejala “masuk angin” tadi, meski banyak juga faktor lain yang bisa menjadi penyebabnya.

Pertanyaanya, jika meriang atau tidak enak badan tadi bukan karena tubuh benar-benar dimasuki angin, lalu darimana asal-usul orang Indonesia menyebutnya masuk angin?

Asal-Usul Masuk Angin: Keseimbangan Dalam Kosmologi Jawa

Penyebutan “masuk angin” tampaknya berasal dari konsep keseimbangan di masyarakat Indonesia, khususnya dalam kosmologi Jawa.

“Menurut kosmologi Jawa, alam kosmis ini dibatasi oleh kiblat papat lima pancer, yaitu empat arah mata angin ditambah pusat/tengah,” ungkap Atik Triratnawati, antropolog Universitas Gajah Mada, dalam Masuk Angin Dalam Konteks Kosmologi Jawa.

Di samping itu, kosmologi Jawa juga menggambarkan bahwa manusia terdiri dari unsur-unsur angin, air, tanah dan api,” dengan demikian, ketidakseimbangan unsur-unsur tersebut dalam tubuh manusia dapat melahirkan berbagai gangguan, termasuk gangguan kesehatan.

Masuk Angin Sebagai Gejala Kebudayaan

Ilustrasi: Poster Iklan Obat Masuk Angin Tempo Dulu
Ilustrasi: Asal-Usul Masuk Angin

Meski gejala-gejala masuk angin merupakan gejala gangguan kesehatan, tetapi penyebutan “masuk angin” sendiri merupakan gejala kebudayaan.

Sebutan “masuk angin” untuk gejala-gejala flu menceriminkan alam pikir dan wawasan masyarakat kita dalam memandang diri dan lingkungannya, serta relasi antara keduanya.

Bukan Cuma di Indonesia

Pandangan manusia atas kesehatan ataupun gangguan kesehatan yang dipengaruhi alam pikir atau wawasan kebudayaannya bukan cuma milik masyarakat Indonesia.

Bahkan, istilah flu, yang merupakan kependekan dari influenza dan dianggap sebagai “nama resmi medis” dari penyakit dengan gejala-gejala yang kita sebut masuk angin, juga tidak terlepas dari alam pikir—yang setidaknya dalam perspektif epistemologi Rasionalisme Descartes—irrasional.

Influenza diserap ke dalam bahasa Inggris dari bahasa Latin influentia, yang berarti “mengalir ke dalam.” Di abad pertengahan, masyarakat Eropa percaya bahwa cairan tak berwujud yang dikeluarkan oleh bintang-bintang diyakini dapat memengaruhi manusia.

Di Italia, influentia merujuk pada wabah penyakit apa pun yang dianggap dipengaruhi oleh bintang-bintang; kurang lebih, “masuk angin” juga.

Masuk Angin atau Influenza?

Lalu, apakah ketika kita meriang dan merasa tidak enak badan benar-benar karena ada angin masuk ke dalam tubuh kita, atau disebabkan virus dan faktor medis lainnya?

Entahlah, toh, seperti diungkap Thomas Kuhn, penjelasan sains bukan sesuatu yang absolut, sesuatu yang dianggap sebuah kebenaran ilmiah pada suatu waktu, bisa jadi dianggap salah di lain waktu.

Boleh jadi, besok atau lusa, akan ada riset yang menunjukkan bahwa gejala-gejala flu sebetulnya memang disebabkan karena masuk angin.

Terlepas dari itu, berbagai penyebutan, nama atau istilah tampaknya memang tidak bisa dilepaskan dari budaya yang melingkupinya, alam pikir, wawasan atau falsafah masyarakat yang melahirkan sebutan atau istilah tersebut, tidak terkecuali masuk angin atau influenza.

Tinggalkan sebuah komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *