Menimbang ulang pentingnya kritik musik: antara selera, analisis, dan fungsi sosial di era digital.
Pameran seni Tuli “Sunyi Berbicara” hadirkan ekspresi sunyi lewat lukisan dan ilustrasi, membangun ruang seni yang inklusif dan penuh makna.
Refleksi Hari Pendidikan Nasional dengan menelusuri gagasan Ki Hajar Dewantara tentang pendidikan yang berakar pada budaya bangsa.
Ahmad Sadali dan karya spiritualnya dikenang lewat SSAS Lifetime Achievement Award 2025 dalam pameran Seabad Sadali.
Mudik bukan sekadar perjalanan pulang. Ia adalah ritus sosial, penanda identitas, dan momentum yang menyatukan individu dengan akar budayanya.
Jejak monoteisme Sunda bertahan melintasi zaman. Melalui adaptasi dan reinterpretasi, leluhur Sunda memandang Tuhan dalam keesaan dan ketakterperian-Nya.
Tahu Cibuntu baru saja ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda. Namun, ironi besar tersimpan: banyak pelaku usahanya terjerat rentenir.
Diplomasi pada dasarnya merupakan upaya memajukan kepentingan bangsa atau negara di panggung dunia. Bisakah sambal sebagai potensi kuliner khas Nusantara menjadi media diplomasi budaya? Ikuti ulasan Djaelani, M.Sn. ini selengkapnya.
Kritik musik berevolusi di era digital, dari otoritas profesional ke komunitas daring dan algoritma penentu selera.
Panduan menyusun kritik musik bernas yang mendalam, berbasis pendekatan musikologis dan konteks sosial budaya.
Musikologi tidak hanya menilai aspek teknis seperti harmoni dan ritme, tetapi juga menggali latar sosial, budaya, dan sejarah di balik sebuah karya musik.
Kritik musik dangkal bisa menyesatkan publik. Kenali pentingnya konteks musikal demi apresiasi yang lebih bermakna.
Mengenal musikologi: ilmu yang mengupas musik dari sisi teori, sejarah, budaya, hingga identitas. Studi musik tak hanya soal bunyi.
Bale Paragon diresmikan SSAS & pameran Senang Bersamamu dibuka, rayakan seni inklusif & kolaborasi lintas sektor bersama publik.