Bayangkan sebuah panggung di Aula Barat Institut Teknologi Bandung (ITB), di mana energi muda para mahasiswa berpadu dengan kepiawaian musisi jazz senior. Jazz Aula Barat #8 menghadirkan pertemuan lintas generasi yang istimewa: legenda jazz Oele Pattiselanno dan musisi muda Ardhito Pramono dalam satu panggung yang menjanjikan eksplorasi musikal penuh dialog, keterbukaan, dan kolaborasi dinamis.
Sejak pertama kali digelar pada 2013, Jazz Aula Barat (JAB) telah menjadi ajang yang tidak sekadar menyajikan hiburan, tetapi juga menawarkan perspektif baru dalam musik jazz. Tahun ini, perhelatan tersebut kembali dengan konsep inovasi jazz yang tidak sekadar bereksperimen dengan bentuk avant-garde, tetapi lebih menekankan pada kebaruan dalam proses berkarya.
Jazz, Kampus, dan Gagasan Baru
“Inovasi dalam Jazz Aula Barat #8 bukan tentang mengubah jazz menjadi sesuatu yang eksperimental hingga sulit dinikmati,” ujar Imelda Rosalin, kurator acara sekaligus akademisi dan musisi jazz. “Sebaliknya, ini adalah tentang menghadirkan gagasan baru dalam bermusik, di mana jazz tidak hanya dipandang sebagai produk, tetapi juga sebagai proses yang terus berkembang.”
Lebih dari 20 lagu akan dibawakan dengan pendekatan yang unik. Mahasiswa dari ITBJazz, Apres, dan Paduan Suara Mahasiswa (PSM) akan membuka pertunjukan dengan energi segar khas Gen Z. Mereka kemudian disusul oleh ITB Jazzification, kelompok vokal alumni PSM ITB di bawah arahan Toni P. Sianipar, yang akan membawakan lagu-lagu populer dan Brazilian jazz dengan sentuhan khas ITB.
Sebagai institusi teknik yang telah berdiri lebih dari satu abad, ITB memiliki hubungan menarik dengan musik jazz. Di tengah atmosfer akademis yang sarat dengan intelektualitas, musik menjadi ruang bagi mahasiswa dan alumni untuk menyeimbangkan olah pikir dan olah rasa. Jazz Aula Barat pun menjadi salah satu ruang ekspresi yang merayakan semangat eksplorasi tersebut.
Penghargaan bagi Para Pelopor Jazz
Sejak 2019, Jazz Aula Barat juga menjadi ajang apresiasi bagi para tokoh yang berkontribusi dalam perkembangan jazz Indonesia. Tahun ini, JAB Award diberikan kepada MS Hidayat, seorang filantropis yang telah mendukung perkembangan jazz di Indonesia, serta Oele Pattiselanno, gitaris jazz senior yang telah menjadi bagian dari sejarah musik jazz Tanah Air.
Sebagai bentuk penghormatan, Oele Pattiselanno akan tampil bersama muridnya, Tiyo Alibasjah, diiringi trio yang terdiri dari Imelda Rosalin (piano), Ezra Manuhutu (contrabass), dan Augustinus (drum). Segmen ini juga akan menghadirkan Nenden Shintawati, vokalis tunanetra yang telah sukses berkarier di dunia jazz dengan dukungan MS Hidayat.
Di sisi lain, Ardhito Pramono akan membawa nuansa jazz yang lebih kontemporer. Dikenal dengan sentuhan swing, bossa nova, dan indie pop, Ardhito menghadirkan perpaduan elegan antara nostalgia dan modernitas. Lagu-lagunya seperti “Bitterlove” dan “Fine Today” mencerminkan kepekaan lirik yang puitis dan harmoni jazz yang kompleks, tetapi tetap mudah dicerna oleh pendengar.
Jazz Aula Barat: Dari Riza Arshad hingga Hari Ini
Jazz Aula Barat pertama kali digagas oleh alm. Riza Arshad, seorang musisi jazz kawakan dan alumnus Seni Rupa ITB angkatan 1981. Ia bercita-cita menjadikan Aula Barat ITB sebagai ‘rumah’ bagi gagasan-gagasan musik kreatif yang tidak hanya berorientasi hiburan, tetapi juga membawa pencerahan intelektual.
Sejak Riza Arshad berpulang pada 2017, estafet kepemimpinan acara ini diteruskan oleh Imelda Rosalin dan sejumlah musisi jazz alumni ITB. Meski tetap mempertahankan visi awal, program Jazz Aula Barat kini berupaya lebih inklusif, mendekatkan jazz kepada khalayak yang lebih luas.
Setelah vakum akibat pandemi pada 2020, JAB kembali dengan semangat baru. Tahun ini, selain pertunjukan musik, ITB juga akan menggelar soft launching “Pasar Seni ITB,” sebagai penanda kembalinya peristiwa seni budaya yang telah menjadi ikon Kota Bandung sejak 1972.
Dengan dukungan dari Rektorat ITB, Unit Mahasiswa ITBJazz, Indonesia Jazz and Blues Club, serta sponsor utama Medco Energi dan Radio KLCBS, Jazz Aula Barat #8 siap menjadi ruang di mana jazz terus tumbuh, menjembatani generasi, dan melampaui batas-batas akademik serta budaya.