Editorial: Generasi Muda, Jembatan Budaya di Era Digital

Pelatihan Jurnalistik Budaya yang digagas oleh Yayasan Bandung Musik Indonesia pada 28-29 September dan 5-6 Oktober 2024 mendatang merupakan langkah maju yang patut diapresiasi.

Inisiatif ini tidak sekadar hendak mengajarkan teknik menulis berita, tetapi juga membangun kesadaran akan pentingnya mendorong pemajuan kebudayaan nasional di kalangan generasi muda.

Kita hidup di era digital yang serba cepat. Informasi begitu mudah diakses, namun sayangnya, seringkali kita lebih tertarik pada berita-berita instan dan sensasional. Padahal, kekayaan budaya Indonesia sangatlah melimpah dan memiliki nilai estetika serta filosofis yang tinggi.  

Melalui pelatihan ini, diharapkan generasi muda dapat menjadi jembatan antara masa lalu dan masa depan, serta menjadi narator yang mampu menghidupkan kembali kisah-kisah budaya yang hampir terlupakan, sebagai para kader jurnalistik budaya.

Jurnalis budaya bukan hanya sekedar penulis, tetapi juga pejuang pemajuan budaya. Mereka memiliki peran penting dalam mendokumentasikan, menganalisis, dan mempromosikan nilai-nilai budaya kepada masyarakat luas. Dengan kata lain, jurnalis budaya adalah narator yang mampu menghidupkan kembali kisah-kisah masa lalu dan menginspirasi generasi mendatang.

Namun, menjadi jurnalis budaya bukanlah hal yang mudah. Dibutuhkan passion, ketekunan, dan pengetahuan yang mendalam tentang budaya. Pelatihan ini hadir sebagai upaya untuk membekali generasi muda dengan bekal yang diperlukan.

Tantangan yang dihadapi dalam upaya pemajuan kebudayaan nasional melalui media memang sangatlah kompleks. Salah satu di antaranya adalah semakin terasingnya kebudayaan daerah atau tradisional di kalangan anak muda. Dalam survei yang dirilis melalui Jurnal Pendidikan Tambusai baru-baru ini, lebih dari 50% remaja di Indonesia yang menjadi sampel memilih untuk menyukai budaya luar. Hasil dari penelitian pada 33 orang menunjukkan bahwa sebanyak 13 remaja atau 39,4% menyukai budaya lokal sementara 20 orang atau 60,6% lebih menyukai budaya luar.

Dengan jumlah penduduk Indonesia yang didominasi Gen Z (27,94%) dan Milenial (25,87%) berdasarkan sensus penduduk pada tahun 2020, preferensi budaya anak muda yang lebih menyukai budaya asing sebagaimana ditunjukkan pada survei tersebut tentunya akan menjadi tantangan berat dalam upaya pemajuan kebudayaan nasional ke depannya.

Menyikapi hal tersebut, terdapat beberapa langkah strategis yang dapat dilakukan, di antaranya:

  1. Meningkatkan Literasi Budaya: Pemerintah, sekolah, dan komunitas perlu bekerja sama dalam menyusun kurikulum yang mengintegrasikan nilai-nilai budaya dalam pembelajaran. Selain itu, perlu diadakan lebih banyak kegiatan budaya yang interaktif dan menarik bagi generasi muda, seperti workshop pembuatan kerajinan tangan, pertunjukan seni tradisional, atau lomba cipta lagu daerah.
  2. Memanfaatkan Teknologi: Media sosial dapat menjadi alat yang ampuh untuk mempromosikan budaya. Melalui kampanye #BudayaIndonesia, kita dapat mengajak generasi muda untuk berbagi konten kreatif yang berkaitan dengan budaya mereka. Selain itu, platform digital seperti TikTok dan Instagram dapat dimanfaatkan untuk membuat tantangan atau challenge yang mengundang partisipasi publik dalam melestarikan budaya.
  3. Memberdayakan Generasi Muda: Libatkan generasi muda secara aktif dalam proses pelestarian budaya. Mereka dapat menjadi content creator, influencer, atau event organizer yang mempromosikan nilai-nilai budaya. Pemerintah dan swasta dapat memberikan dukungan berupa pelatihan, pendanaan, dan fasilitas untuk mendukung kreativitas mereka.
  4. Menghadapi Tantangan Globalisasi: Kita perlu menemukan keseimbangan antara menjaga keaslian budaya dan terbuka terhadap pengaruh global. Salah satu caranya adalah dengan menciptakan produk budaya yang relevan dengan zaman namun tetap berakar pada nilai-nilai lokal. Selain itu, kita juga perlu memperkuat perlindungan terhadap kekayaan intelektual budaya Indonesia.

Pelatihan Jurnalistik Budaya yang diselenggarakan oleh Yayasan Bandung Musik Indonesia (Bandung Music Council/BMC) dan didukung oleh Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah IX Jawa Barat serta Program Studi Seni Musik Fakultas Ilmu Seni dan Sastra Universitas Pasundan (UNPAS) ini merupakan langkah awal yang baik dalam melahirkan generasi muda yang peduli terhadap pemajuan kebudayaan nasional. Namun, upaya ini perlu terus didukung oleh berbagai pihak lainnya agar mencapai dampak yang lebih luas.

Mari kita bersama-sama membangun masa depan yang lebih baik bagi budaya Indonesia.

Tinggalkan sebuah komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *